Aceh merupakan nama Provinsi yang terdapat di ujung barat pulau sumatera.Lebih kurang 80% suku Aceh
mendiami Provinsi Aceh yang tersebar di lima kabupaten yaitu Aceh Besar,
Piddie, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Barat. 20% sisanya adalah
penduduk pendatang yang berasal dari suku bangsa lain seperti Jawa,
Minangkabau, Batak, Cina, India dan Arab.Mayoritas penduduk suku Aceh
beragama Islam.
Hantu adalah salah satu jenis
dari makhuk halus. Hantu dipercaya orang Aceh hidup di sekitar mereka
dan bermukim di tempat-tempat yang dianggap angker, seperti kuburan,
rawa-rawa, kuala (sungai), goa yang dalam, hutan, pohon besar, batu
besar dan telaga. Menurut ureung Aceh hantu-hantu tersebut ada yang baik
dan ada yang jahat. Untuk hantu yang baik, para orang tua atau teungku
meunasah (imam madrasah) atau teungku balee (pimpinan balai pengajian)
memberitahukan agar masyarakat tidak takut, karena hantu baik terkadang
akan membantu masyarakat, bahkan kalau bisa diajak berteman. Sebaliknya
untuk hantu yang jahat, masyarakat dihimbau untuk berhati-hati, karena
terkadang hantu jahat akan mengganggu atau bahkan menyakiti.
Hantu dalam Pengetahuan Ureung Aceh
Ureung Aceh tidak mempunyai
sebutan khusus untuk hantu yang baik, akan tetapi untuk hantu yang
jahat, mereka mempunyai beberapa sebutan khusus.
a. Hantu berdasarkan tempat tinggalnya, antar lain:
* Orang bunian, yaitu hantu yang
tinggal di hutan. Lazimnya akan mengganggu siapa saja yang pergi ke
hutan untuk mencari kayu atau rotan, dengan cara ”menyembunyikannya”
selama berhari-hari, sehingga orang tersebut tidak bisa pulang ke
rumahnya, sebelum bunian itu sendiri yang memulangkannya. Seseorang
biasanya akan pulang dengan keadaan fisik agak aneh (bahkan ada yang
hilang ingatan), tetapi ada juga yang sehat seperti semula sebelum
“disembunyikan” bunian. Orang tersebut bahkan terkadang mempunyai
kelebihan, misalnya dapat melihat makhluk halus.
* Balum beude (gulung tikar).
Hantu ini diam di kuala (sungai) atau tepi pantai. Jika menampakkan diri
dan terlihat oleh mata telanjang, maka akan tampak tikar yang berwarna
merah laksana api, karena itu disebut setan gulung tikar.
* Sane. Hantu yang menghuni
rawa-rawa atau sungai yang airnya tidak mengalir, tetapi masih ada
genanganya. Sane biasanya menempel pada kayu yang terapung atau
tenggelam di rawa-rawa atau sungai. Jika seseorang menyentuh kayu
tersebut, maka badannya akan terasa sakit, tulang-tulangnya seperti ada
yang menggigit atau ditusuk jarum.
* Ie Beuna, yaitu hantu air laut
atau hantu yang diam di laut.
* Pohon Lumbe. Adalah hantu yang
tinggal di pohon lumbe. Jika seseorang meminum air dari akar pohon
tersebut, maka leher orang tersebut akan membesar dan bengkak. Penyakit
ini disebut ureung Aceh dengan cugong.
b. Hantu berdasarkan keyakinan, antara lain:
* Burong tujoh, adalah hantu
yang suka mengganggu anak kecil. Hantu ini sering masuk ke dalam tubuh
anak-anak (kerasukan). Jika hal ini terjadi maka mata sang anak akan
terbelalak, merah dan menyeramkan. Untuk menghilangkannya akan dipanggil
pawang, tengku meunasah atau tengku balee. Setelah dijampi-jampi,
burong tujuh biasanya akan pergi dari tubuh sang anak.
* Beuno. Hantu ini mengganggu
orang yang sedang tidur. Jika orang tidur sambil mengorok (mendengkur),
maka itu tandanya sedang dirasuki beuno.
c. Hantu berdasarkan wujudnya, antara lain:
* Tuleueng dong, adalah setan berwujud tulang tengkorak, yang menggangu dengan memperlihatkan dirinya di kegelapan malam.
* Jen aphui (jin api). Jin jahat yang hanya kelihatan di malam hari dan berbentuk seperti bola api.
* Geunteut, yaitu hantu dengan
bentuk fisik yang tinggi dan langkah yang panjang-panjang. Biasanya
menakuti-nakuti orang dengan menunjukkan dirinya di tengah jalan dan
selanjutnya masuk ke rerimbunan pohon bambu atau semak.
* Bujang itam, yaitu hantu yang digambarkan kasar, angker dan mengerikan yang dapat ditugaskan untuk maksud jahat.
*
Burong (Kuntilanak), adalah hantu berjenis perempuan berbaju putih dan
keluar di malam hari. Ureung Aceh menyebut dengan nama lain burong
punjot. Kuntilanak konon berasal dari mayat perempuan yang tali pengikat
kafannya tidak dilepas ketika dikubur. Namun ada juga yang berpendapat
kalau burong merupakan roh seorang perempuan yang meninggal dunia karena
melakukan perbuatan maksiat yaitu meumakah (berzina). Burong senang
mengganggu perempuan yang sedang haid, mengandung atau sedang
melahirkan. Biasanya dengan bersuara meikiki (beriba-iba minta
dikasihani). Jika seorang perempuan kosong pikirannya, maka burong akan
diam-diam masuk ke dalam tubuhnya, dan seketika perempuan tersebut akan
tak sadarkan diri dan mengoceh. Perempuan ini akan sembuh jika sudah
diobati oleh Teungku gampong dengan membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar