Cerita Nabi Nuh dan Banjir Besar merupakan kisah paling terkenal yang bersumber dari kitab suci agama-agama samawi. Bukan itu saja, mitologi dari berbagai suku tua dunia juga menceritakan turun-temurun soal air bah tersebut.
Kutipan dari kitab suci misalnya:
Ketika dilihat Tuhan bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, …… Berfirmanlah Tuhan, “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan…. (Kejadian 6: 5-8)
Maka mereka mendustakan Nuh , kemudian kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).(QS. Al-A’raf: 64).
Serta mitos lainnya:
Pada Zaman Perunggu manusia, Zeus berniat mengirim sebuah banjir besar untuk memusnahkan manusia. Zeus menurunkan hujan tiada henti dari langit dan Poseiodon menumpahkan air laut ke daratan (Mitologi Yunani).
Dewa Enki memperingatkan Ziusudra, raja Shuruppak, tentang keputusan para dewata untuk menghancurkan umat manusia dalam sebuah air bah. Enki memerintahkan Ziusudra membangun sebuah kapal besar (Mitologi Sumeria)
Namun, kebenaran kitab suci harus dibuktikan secara sains agar umat percaya mereka meyakini iman yang benar. Bagaimana hasilnya?
Arkeolog air Robert Ballard, yang menemukan Titanic, mengklaim bahwa tim peneliti telah menemukan bukti yang menunjukkan banjir mahabesar didasarkan pada peristiwa nyata.
Ballard menceritakan bagaimana ia menyelidiki sebuah teori kontroversial yang diajukan oleh dua ilmuwan dari Universitas Columbia tentang adanya banjir besar di wilayah Laut Hitam. Dalam sebuah wawancara dengan ABC News, ia mengatakan, sekitar 12 ribu tahun lalu, sebagian besar wilayah dunia tertutup oleh es. Sedangkan Laut Hitam adalah danau air tawar yang dikelilingi lahan pertanian pada saat itu.
Namun, saat gletser mulai mencair pada periode pemanasan bumi pada 5.600 SM, air tersebut segera memenuhi lautan di dunia. Menurut Ballard, peristiwa inilah yang kemudian menyebabkan banjir di seluruh dunia. Air mengalir melalui Selat Bosporus dari Turki menuju Laut Hitam.
Penelitiannya mengikuti sebuah studi yang dilakukan oleh William Ryan dan Walter Pitman pada 1997 lalu. Mereka menggambarkan bukti arkeologi dan antropologi bahwa banjir besar itu terjadi selama 300 hari tanpa henti dengan 10 mil kubik air dituangkan setiap hari.
Dalam laporan penelitian tertulis, lebih dari 60 ribu mil persegi tanah telah tergenang. Sedangkan air naik ratusan meter sehingga memicu hewan bermigrasi massal di seluruh Eropa. Mereka mengklaim bahwa kekuatan air sebesar 200 kali dari air terjun Niagara, yang menyapu seluruh permukaan daratan. Inilah yang mengakibatkan Laut Hitam, yang semula berupa danau air tawar yang dikelilingi lahan pertanian, menjadi air asin.
Tim menemukan sebuah pantai kuno yang dipercaya bahwa peristiwa itu memang terjadi. “Kami pergi ke sana untuk mencari banjir,” ujar Ballard. Ia meyakininya dengan bukti perhitungan karbon dari cangkang yang ditemukan sepanjang garis pantai, yaitu 400 meter di bawah permukaan. Cangkang tersebut ternyata berumur 5.000 tahun SM.
Tim Ballard juga menemukan sebuah kapal karam kuno serta gerabah kuno. Meskipun ia tidak berpikir akan menemukan Bahtera Nuh, tetapi ia yakin bisa menemukan bukti dari sebuah komunitas kuno yang hanyut akibat banjir mahadahsyat itu.
Jadi banjir di jaman Nabi Nuh merupakan banjir lokal atau banjir global seluas bumi? Perbantahan akan pertanyaan dari berbagai pihak akan terjawab seraya menunggu berbagai bukti terbaru soal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar